Dr. Ismail juga mendorong penguatan indikator kinerja dalam program magang, agar kontribusi mahasiswa tidak sekadar bersifat administratif, tetapi memiliki nilai kebermanfaatan nyata. Ia mengajak seluruh pihak, termasuk dosen pembimbing dan institusi mitra, untuk mengembangkan pola magang yang mendidik, memberdayakan, dan menghasilkan output konkret.
Ia menutup sesi dengan menegaskan bahwa MBKM adalah jalan menuju demokratisasi pendidikan tinggi, di mana mahasiswa tidak lagi diposisikan sebagai penerima pengetahuan, tetapi sebagai aktor perubahan sosial. Dalam konteks itu, magang bukan hanya menjadi jembatan akademik dan dunia kerja, tetapi wahana perwujudan nilai-nilai keadilan dan pengabdian masyarakat.