Bekasi, 6 Juni 2025 — Dalam suasana khidmat Hari Raya Idul Adha 1446 H, Prof. Taufiqurrohman Syahuri, Guru Besar Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, menyampaikan khutbah penuh makna di Lapangan Masjid Aar-Ridlo, Harapan Baru, Bekasi. Tema yang diangkat dalam khutbah tersebut adalah “Meneladani Pengorbanan Nabi Ibrahim untuk Mewujudkan Kepemimpinan yang Amanah di Indonesia.”

Dalam khutbahnya, Prof. Taufiqurrohman mengajak seluruh jamaah untuk meneladani pengorbanan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, sebagai contoh ketaatan dan keimanan total kepada Allah SWT. Kisah pengorbanan itu, menurutnya, mengandung pesan mendalam mengenai pentingnya sikap amanah—baik dalam konteks pribadi maupun kepemimpinan publik.

“Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya, ia tidak ragu. Ismail pun tidak menolak. Ini adalah wujud puncak kepatuhan dan tanggung jawab seorang hamba kepada Tuhannya,” ujar beliau.

Prof. Taufiqurrohman menekankan bahwa amanah adalah kunci utama dalam membangun kepemimpinan yang adil, jujur, dan bertanggung jawab. Ia mengutip Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72 yang menjelaskan bahwa amanah adalah tanggung jawab besar yang bahkan langit, bumi, dan gunung enggan untuk memikulnya—namun manusia yang memikulnya, meski sering berbuat zalim dan bodoh.

Berita Terkait :  Sosialisasi Buku Ajar Bagi Dosen Fakultas Hukum UPN "Veteran" Jakarta

Dalam konteks Indonesia, amanah menjadi sangat krusial, terutama di tengah krisis integritas yang melanda banyak sektor kepemimpinan. Ia menyoroti maraknya korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, serta pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak kepada rakyat.

“Kita menyaksikan bagaimana kekayaan negeri ini dikuasai oleh segelintir elit, sementara rakyat banyak justru menderita. Ini adalah akibat dari kepemimpinan yang tidak amanah, yang hanya mementingkan kelompok dan keluarga,” tegasnya.

Lebih jauh, Prof. Taufiqurrohman mengingatkan bahwa tidak amanah adalah tanda kemunafikan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga: jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat.”

Ia menghubungkan realitas tersebut dengan istilah abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan yang kian marak terjadi di kalangan pejabat. Fenomena ini tidak hanya merugikan rakyat, tapi juga mencederai keadilan dan cita-cita bangsa.

Dalam khutbahnya, beliau juga menyerukan kepada umat Islam untuk bertanggung jawab dalam memilih pemimpin, yakni dengan melihat rekam jejak dan integritasnya. Ia mengingatkan bahwa rakyat juga memiliki peran penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan berkeadilan.

Berita Terkait :  Rapat Persiapan Perkuliahan Semester Genap TA. 2024/2025 Prodi Hukum S1 FH UPNVJ

“Jangan pilih pemimpin karena pencitraan atau janji, tapi lihatlah sejarah hidup dan komitmennya terhadap kebenaran dan keadilan. Kepemimpinan yang amanah tidak bisa dibangun di atas kebohongan dan nafsu kekuasaan,” imbuhnya.

Khutbah diakhiri dengan doa yang mendalam agar bangsa Indonesia diberi pemimpin yang amanah, bertakwa, dan bersedia berkorban demi kemaslahatan umat. Beliau juga memohon kepada Allah agar rakyat diberi kekuatan untuk menegakkan keadilan dan tidak mudah tertipu oleh tipu daya kekuasaan.

“Semoga semangat pengorbanan Nabi Ibrahim ini menjadi pelita dalam setiap langkah kita sebagai warga bangsa dan umat beriman,” pungkas Prof. Taufiqurrohman.

Acara sholat Idul Adha berlangsung dengan khidmat dan tertib, diikuti oleh ribuan jamaah dari wilayah Harapan Baru dan sekitarnya. Momen ini tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga momentum refleksi spiritual dan sosial bagi umat Islam di Indonesia.

Share

Contact Us

×