Pada tanggal 23 September 2024, Bidang Sosial Politik BEM Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta akan menyelenggarakan Seminar Nasional Simposium Mahasiswa dengan tema “Berkolaborasi Mewujudkan Transformasi Pendidikan di Era Disruptif Guna Mengembangkan Intelektualitas Diri”. Seminar ini bertujuan untuk mengeksplorasi tantangan dan peluang yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia dalam menghadapi era disruptif, serta menggali strategi yang dapat diimplementasikan untuk mewujudkan transformasi pendidikan yang relevan dan inklusif. Seminar ini juga menghadirkan para ahli dari berbagai bidang diantaranya Petrik Manatasi (History Specialist Historia.id) Anggi Afriansyah (Peneliti Muda Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN)) Ari Hardianto (Koordinator Program dan Advokasi,Seknas JPPI) dan Bivitri Susanti (Dosen Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera) yang akan membagikan pandangan dan wawasan mereka tentang pendidikan di Indonesia, mencakup aspek sejarah, riset, advokasi, dan kebijakan publik. Selain itu, seminar ini juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan. Seminar ini diadakan di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Seminar ini juga turut mengundang audiens untuk mendaftar dan berkontribusi dalam diskusi yang konstruktif demi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Petrik Manatasi (History Specialist Historia.id)

Petrik Manatasi (History Specialist Historia.id) menjadi salah satu Narasumber dalam kegiatan ini, sebagai seorang sejarawan, Petrik Manatasi membuka sesi dengan menyoroti perkembangan sistem pendidikan Indonesia, terutama dari perspektif sejarah. Ia memberikan pandangan mengenai bagaimana sistem pendidikan saat ini masih dipengaruhi oleh sejarah panjang kolonialisme, yang mengakibatkan akses terhadap pendidikan masih belum merata. Petrik menekankan bahwa pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya mampu memberdayakan masyarakat, terutama di daerah terpencil. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah ketimpangan pendidikan antarwilayah, di mana banyak daerah masih kekurangan sumber daya pendidikan yang memadai. Ia mengkritik bahwa solusi yang diusulkan oleh pemerintah saat ini, yaitu dengan melegitimasi kurikulum baru, justru menghilangkan esensi pendidikan itu sendiri. Di akhir presentasinya, Petrik Manatasi menekankan pentingnya membangun sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk memastikan pemerataan akses pendidikan, sehingga setiap individu, terlepas dari lokasi geografisnya, dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas. 

Anggi Afriansyah (Peneliti Muda Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN)

Anggi Afriansyah membahas tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini. Ia menyoroti bagaimana kesenjangan kualitas pendidikan antarwilayah masih menjadi isu mendasar, yang diperparah oleh ketidaksiapan infrastruktur untuk mendukung transformasi digital. Salah satu poin penting yang diangkat Anggi adalah bagaimana teknologi seharusnya digunakan untuk mempercepat transformasi pendidikan. Namun, di Indonesia, adopsi teknologi ini masih terkendala oleh keterbatasan sumber daya. Anggi memberikan beberapa solusi konkret untuk menghadapi tantangan ini, termasuk pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan lembaga pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Menurut Anggi, kunci keberhasilan transformasi pendidikan terletak pada inovasi yang didukung oleh riset dan pengembangan yang berkelanjutan, sehingga pendidikan di Indonesia dapat lebih responsif terhadap kebutuhan zaman.

Ari Hardianto mengupas permasalahan tingginya angka putus sekolah di Indonesia, yang menjadi tantangan serius bagi masa depan pendidikan nasional. Dalam paparannya, Ari menyoroti faktor ekonomi dan sosial sebagai penyebab utama yang membuat anak-anak terpaksa keluar dari sekolah. Ia membandingkan fenomena ini dengan negara-negara maju yang memiliki kebijakan sosial mendukung keberlanjutan pendidikan bagi semua anak, seperti program beasiswa dan dukungan finansial yang kuat. Ari mengusulkan beberapa langkah strategis untuk mengatasi masalah ini, termasuk memperkuat kebijakan perlindungan anak dan memastikan program beasiswa yang lebih merata. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor diperlukan untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat diakses oleh semua kalangan. Ia menekankan bahwa kesadaran akan pentingnya pendidikan sebagai hak asasi manusia harus ditanamkan tidak hanya pada pemerintah, tetapi juga pada masyarakat luas, sehingga semua pihak dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah putus sekolah.

Bivitri Susanti (Dosen Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera)

Bivitri Susanti menutup sesi dengan memberikan pandangan kritis mengenai pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan pendidikan. Ia menekankan bahwa pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebijakan publik dan politik. Menurut Bivitri, partisipasi politik merupakan salah satu cara paling efektif untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar mewakili kebutuhan masyarakat, terutama dalam hal pendidikan. Bivitri membahas bagaimana negara-negara maju berhasil menciptakan sistem pendidikan yang adil melalui partisipasi politik yang kuat, di mana masyarakat aktif terlibat dalam proses pembuatan kebijakan. Ia menekankan bahwa Indonesia perlu mengadopsi model ini, di mana suara masyarakat, terutama mahasiswa, harus menjadi bagian penting dalam merumuskan kebijakan pendidikan yang inklusif dan pro-rakyat. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, Bivitri percaya bahwa kebijakan pendidikan di Indonesia dapat lebih mencerminkan aspirasi dan kebutuhan semua kalangan.
Setiap narasumber dalam diskusi tersebut memberikan analisis kritis mengenai kondisi pendidikan Indonesia saat ini. Mereka sepakat bahwa sistem pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan struktural, seperti kesenjangan akses, kurangnya inovasi, dan masalah kebijakan yang tidak selalu berpihak pada pendidikan yang inklusif. Tantangan-tantangan tersebut menghambat kemajuan pendidikan yang berkualitas dan merata, sehingga memerlukan perhatian serius dari semua pihak. Namun, para narasumber juga menawarkan beberapa solusi, antara lain kolaborasi lintas sektor, adopsi teknologi, dan partisipasi politik sebagai jalan keluar dari permasalahan ini. Mereka menyarankan agar semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat, bekerja sama untuk mengimplementasikan solusi-solusi tersebut secara efektif. Dengan melibatkan berbagai pihak, diharapkan pendidikan di Indonesia dapat berkembang menjadi lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Sesi tanya jawab dalam seminar ini juga menjadi salah satu highlight penting. Beberapa peserta mengajukan pertanyaan yang relevan dengan tantangan pendidikan di era disruptif. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah mengenai solusi ketika menghadapi derasnya arus informasi di era digital ini dan bagaimana pendidikan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang cepat. Keempat narasumber sepakat menjawab pertanyaan ini dengan menekankan pentingnya literasi digital sebagai kunci dalam menghadapi derasnya informasi. Ari Hardianto menjawab bahwa siswa dan guru perlu dibekali dengan keterampilan yang memadai untuk memahami dan memanfaatkan informasi digital secara efektif. Selain itu, pengembangan kurikulum yang mengintegrasikan teknologi digital juga dianggap sebagai langkah penting dalam menyiapkan generasi yang siap menghadapi perubahan global.

Pertanyaan selanjutnya mengenai bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memperjuangkan cita-cita pendidikan juga berhasil dijawab oleh Bivitri Susanti. Ia menjelaskan bahwa untuk meningkatkan partisipasi semua elemen masyarakat, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat itu sendiri. Menurutnya, salah satu cara efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah melalui kegiatan-kegiatan advokasi dan edukasi politik yang dapat menyadarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang inklusif dan merata. Bivitri menegaskan bahwa tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, kebijakan pendidikan yang baik tidak akan terwujud. Seminar ini berhasil memberikan pandangan komprehensif mengenai tantangan dan solusi untuk dunia pendidikan di era disruptif. Para narasumber tidak hanya memberikan perspektif teoretis, tetapi juga langkah konkret yang dapat diambil untuk meningkatkan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan sesi tanya jawab yang interaktif, para peserta mendapatkan jawaban langsung terkait isu-isu yang mereka hadapi, mulai dari tantangan arus informasi hingga pentingnya partisipasi politik dalam memperjuangkan pendidikan yang lebih baik.

Berita Terkait:  Dr. Kaharuddin, M.Hum Dosen FH UPNVJ Menjadi Narasumber dalam Pelatihan dan Sertifikasi Perancang Peraturan Perundang-Undangan bekerja sama dengan Badan Diklat Kejaksaan RI

Selain seminar, acara ini juga diwarnai oleh kompetisi paper ilmiah yang diadakan dengan tema “Berkolaborasi Mewujudkan Transformasi Pendidikan di Era Disruptif Guna Mengembangkan Intelektualitas Diri”. Kompetisi ini terbuka untuk, yang diharapkan dapat berkontribusi dengan ide-ide inovatif yang relevan dengan isu pendidikan saat ini. Tujuan dari kompetisi ini adalah untuk mendorong mahasiswa agar mereka dapat menyumbangkan pemikiran mereka mengenai bagaimana pendidikan dapat beradaptasi di era disruptif, sehingga menghasilkan solusi yang dapat diterapkan dalam konteks pendidikan saat ini. Mahasiswa diundang untuk mengajukan paper yang menggali berbagai aspek transformasi pendidikan, dengan harapan dapat memberikan wawasan baru dan strategi yang dapat diimplementasikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.Diharapkan melalui kompetisi ini, ide-ide yang dihasilkan dapat menjadi landasan untuk diskusi lebih lanjut dan kolaborasi dalam menciptakan pendidikan yang lebih baik dan inklusif di masa depan.

 

Pengumuman pemenang lomba paper menjadi salah satu momen yang paling dinantikan oleh para peserta. Juara pertama lomba paper diraih oleh Kelompok Teater Hijau 51, yang tulisannya secara komprehensif mengupas tentang isu transformasi pendidikan yang relevan dengan tantangan saat ini. Sementara itu, Kelompok Kolektif Pohon Rindang Unindra dinobatkan sebagai juara harapan dengan paper mereka yang membahas Revolusi Pendidikan, yang menyoroti perubahan signifikan yang diperlukan dalam sistem pendidikan. Meskipun tidak meraih juara utama, ide-ide yang diangkat oleh kelompok ini dianggap sangat relevan dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, menunjukkan bahwa mereka memiliki wawasan yang dapat memberikan kontribusi pada kemajuan pendidikan di Indonesia. Para peserta menyambut pengumuman ini dengan antusias, menunjukkan bahwa kompetisi ini berhasil memicu diskusi dan inovasi di kalangan mahasiswa mengenai pendidikan.

 

Share

Contact Us

× Ada yang bisa dibantu?